Sensasi segar yang dihadirkan oleh es batu tampaknya tidak tergantikan terlebih saat musim panas, hanya saja saat mencair mempengaruhi rasa minuman. Inilah mendasari terciptanya ide membuat es aluminium atau sering disebut es stainless steel. Adanya inovasi tersebut membuat banyak orang bertanya antara es aluminium vs es batu mana yang terbaik?
Es Aluminium vs Es Batu Mana yang Terbaik?
Pada ulasan kali ini akan dibahas poin-poin apa saja yang bisa dijadikan rujukan terkait pertanyaan es aluminium vs es batu di atas. Untuk itu, tetap ikuti poin ringkas berikut agar mudah saat memilih es stainless steel atau es batu sebagai pelengkap kebutuhan.
1. Tingkat Tahan Lama (Mencair)
Poin pertama yang akan dibahas mengenai pernyataan antara es aluminium vs es batu adalah keawetan dari masing-masing es saat bertemu dengan zat-zat cair atau media pencair lainnya. Es batu yang beragam jenisnya umumnya cenderung lebih mudah mencair dibandingkan es stainless steel. Ini dibuktikan dengan berbagai minuman yang disajikan baik street food maupun rumah makan es batu ikut mencair.
Sementara es stainless steel keawetannya lebih terjaga sehingga minuman akan tetap segar seperti awal pemberian. Hal ini terlihat dari tekstur atau bentuk es tersebut tidak mengalami perubahan saat bersentuhan dengan air. Adanya perbedaan tingkat ketahanan ini membuat orang semakin menggemari es stainless steel sebagai pelengkap minuman agar tidak berubah rasa.
2. Tingkat Pemberi Sensasi Dingin
Mungkin dalam poin pemberi sensasi dingin ini tergantung dari masing-masing konsumen dan bersifat objektif. Kebanyakan orang lebih suka menggunakan es batu konvensional karena tingkat dingin yang diberikan lebih tahan lama. Meskipun es batu bisa mencair sehingga merubah rasa dari minuman, tetapi sensasi dingin cukup terjaga.
Selain itu, ragam es batu seperti es kristal dan es serut dapat digunakan pada banyak aneka minuman jajanan pasar. Berbeda dengan es stainless steel yang umumnya dipakai untuk beberapa jenis minuman tertentu saja. Itulah sebabnya, rata-rata pebisnis sering memakai es batu sebagai pendukung produk jualannya.
3. Tingkat Bahaya Akibat Cemaran Mikroorganisme atau Parasit
Beralih ke tingkat cemaran mikroba atau parasit yang berpengaruh sebagai agen penyebab berbagai penyakit infeksi tertentu. Walaupun es mampu memberikan sensasi dingin namun nyatanya kesehatan jauh lebih penting tak tertandingi. Resiko cemaran cenderung meningkat pada es batu yang diolah oleh oknum-oknum dari bahan utama atau media pendukung “unhygienic”.
Sementara es stainless steel dianggap sebagai bahan pendingin minuman yang kurang akan resiko cemaran mikroba atau parasit. Asalkan media stainless steel sudah terjamin “food grade” sehingga aman untuk dipakai dalam minuman. Es ini juga memiliki gel non toxic yang terletak pada area tengah kubus dan dilapisi baja tahan korosi.
4. Tingkat Pemakaian Ulang (Reusable)
Poin keempat antara es aluminium vs es batu yaitu dilihat dari segi pemakaian ulang atau reusable. Dimana es stainless steel dapat digunakan kembali oleh konsumen setelah sebelumnya dipakai untuk minuman. Berbeda dengan es batu, konsumen tidak bisa menggunakannya lagi karena sudah ikut mencair dalam minuman.
Untuk dapat menggunakan es aluminium kembali, konsumen bisa mencuci es tersebut dengan air mengalir setelah dipakai dalam minuman. Disarankan apabila minuman mengandung zat-zat yang memicu lengket pada es stainless steel sebaiknya membersihkan dengan sabun piring. Nanti setelah dibersihkan silahkan masukkan kembali ke dalam freezer agar dingin bisa terjaga.
5. Segi Nilai Jual atau Harga
Bagi orang yang ingin menggunakan es stainless steel diharapkan memiliki budget yang cukup banyak. Pasalnya nilai jual yang dibanderol sekitar 50 ribu rupiah sampai 60 ribu rupiah untuk 4 buah cube dari es. Apabila mau membeli lebih (6 buah cube) harga yang ditawarkan berkisar diatas 75 ribuan di market-market online.
Sedangkan es batu sendiri, harga yang dipatok oleh produsen bervariasi dan terjangkau mulai dari seribu rupiah hingga dua puluh ribuan. Selain itu, bagi yang ingin membuat es batu di rumah menggunakan freezer tidak perlu menyediakan budget besar. Konsumen hanya perlu memiliki air, bahan-bahan pendukung, dan listrik yang cukup.
6. Segi Alat dan Media Pembuat Es
Untuk peralatan maupun media dalam membuat es batu atau es stainless steel terbilang hampir sama khususnya yang memakai cetakan. Namun, untuk jenis es batu yang diolah bukan secara konvensional sepertinya agak sedikit memberatkan. Alasannya, karena kecanggihan teknologi mendorong inovasi mesin pembuat es bernilai jual yang kurang terjangkau alias mahal.
Lain halnya dengan es stainless steel yang memang tidak murah di awal pembelian, namun bisa digunakan kembali. Sehingga konsumen hanya perlu menyediakan budget lebih saat pertama membeli es aluminium saja. Asalkan tidak salah dalam metode pendinginan dari es ini, konsumen dapat menikmati kesegaran minuman di siang hari.
7. Tingkat Kepraktisan Penggunaan
Merujuk kepada penggunaan alat dan media pembuat es itu sendiri, bisa dibilang kalau es batu dan es stainless steel berbeda kepraktisannya. Dimana es batu yang membutuhkan peralatan khusus untuk jenis tertentu kurang sederhana karena harus membeli alat tersebut. Sebut saja es kristal, agar lebih mudah disajikan wajib memiliki mesin terlebih dahulu.
Es stainless steel tidak memerlukan mesin pembuat es, hanya media stainless steel dan freezer saja. Cukup disimpan selama lebih kurang 4-5 jam untuk mendapatkan sensasi dingin dan menyegarkan saat minuman dituangkan dalam gelas. Namun, perlu diingat es ini jangan digunakan dalam pelengkap acara besar karena berpotensi “hilang” diambil orang.
8. Segi Fungsi Penggunaan
Masuk ke dalam poin segi fungsi dari es batu maupun es stainless steel yang berbeda pula. Kebanyakan orang menggunakan es batu bukan hanya sebagai pendingin minuman namun juga hal lain. Seperti penghilang nyeri atau sakit, meredakan memar, mata panda, mencegah pembusukan bahan pangan, dan sebagainya.
Sedangkan untuk es stainless steel jarang konsumen menggunakannya untuk hal-hal lain seperti yang telah disebutkan. Alasannya sudah jelas karena es lebih cocok dicampurkan ke dalam minuman bukan selain itu. Terlebih harganya yang mahal membuat sebagian orang sayang apabila memakai es stainless steel ke kebutuhan yang dianggap kurang tepat.
9. Segi Kenikmatan Konsumen
Poin terakhir pembahasan es aluminum vs es batu adalah tentang kenikmatan konsumen dalam memanfaatkannya. Disini harus dijelaskan dahulu bahwa nikmat atau tidaknya tergantung individu masing-masing. Konsumen yang suka dengan sensasi “menggigit es” cenderung memilih es batu sebagai bahan pendingin minuman.
Berbeda dengan penggemar minuman dingin yang tidak suka sensasi tersebut, lebih suka menggunakan es stainless steel. Selain karena tanpa mengalami perubahan bentuk, biasanya beberapa konsumen tidak suka apabila rasa dari minuman hambar. Jadi kenikmatan konsumen sangat tergantung dari individu itu sendiri.
Bagaimana? Sekelumit penjelasan es aluminium vs es batu di atas tentu sudah bisa menjadi rujukan untuk konsumen dalam menentukan pilihan. Artinya konsumen tidak perlu merasa bingung lagi jika nanti dihadapkan harus memilih es mana sesuai. Sejatinya setiap es itu sama-sama dapat memberi manfaat asalkan proses pembuatan terjamin dan penggunaan tidak berlebihan.